Kerupuk Basah, makanan yang nikmat karena selain rasanya juga memiliki tekstur kekenyalan jika digigit membuat lidah bergoyang.
Bagi masyarakat Kalbar
boleh dibilang makanan ini menjadi favorit, apalagi jika berbicara daerah “asal”
nya yakni Kabupaten Kapuas Hulu.
Ya memang, makanan Kerupuk
Basah sangat terkenal di Kabupaten Kapuas Hulu, hulunya Provinsi Kalimantan
Barat.
Bukan tanpa alasan,
Kerupuk Basah asal Kapuas Hulu memang terbilang special karena bahan pembuatnya
juga special.
Ya, Kerupuk Basah asal
Kapuas Hulu dibuat dari bahan Ikan Belida. Tak ayal, makanan ini sangat nikmat
di lidah.
Namun kini, Kerupuk Basah
terancam akan kehilangan jenis favoritanya. Pasalnya, Kementeria Kelautan dan
Perikanan mengeluarkan aturan tentang pelarangan konsumsi Ikan Belida.
Ikan Belida Borneo, Arwana Kalimantan dan
Balashark secara resmi telah masuk dalam daftar ikan yang dilindungi. Ikan Belida dan
Balashark masuk bersama 19 ikan lain asal Indonesia dalam status Perlindungan
Penuh.
Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 1 tahun 2021 tentang jenis ikan yang dilindungi.
Sontak aturan ini membuat masyarakat Kalbar, khususnya Kabupaten Kapuas Hulu resah. Pasalnya, ada ancaman sanksi jika pemanfaatan Ikan Belida dianggap menyalahi aturan dari Kepmen KP RI no 1 tahun 2021.
Menarik, bagaimana kelanjutan dari Kepmen dan penolakan masyarakat Kalbar khususnya Kapuas Hulu terkait Ikan Belida dan Arwana.
Ikan lopis merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku notopteridae (ikan berpunggung pisau).
Ikan ini lebih populer
dengan nama ikan belida/belido, yang diambil dari nama salah satu sungai di Sumatra Selatan yang menjadi
habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan
pipih.
Jenis ini dapat ditemui
di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya,
meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan
penangkapan.
Ikan ini merupakan bahan
baku untuk sejenis kerupuk khas
dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk
pembuatan pempek namun sekarang diganti
dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga
membuatnya dipelihara di akuarium sebagai
ikan hias.
Karena berpotensi ekonomi
dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun teknologi budidayanya.
Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin,
di Kalimantan Selatan telah
mencoba membudidayakan, menangkarkan serta memperbanyak benih ikan belida. (*)
Komentar