Mengandalkan Ekowisata, Desa Jungut Batu, Kecamatan Nusa Penida, Bali, menyedikan pemandangan indah Hutan Bakau yang dapat dijelajahi menggunakan Sampan. Usaha penyelamatan lingkungan dalam menghadapi perubaha iklim ini ternyata membawa dampak cukup besar dalam perekonomian warga masyarakat.
Kepala Desa, Supitre, mengatakan Hutan Bakau yang ada saat ini kini menjadi sumber penghasilan masyarakat. Disamping juga dengan adanya dukungan wisata laut yang menyimpan terumbu karang indah.
"Selain turis datang ke desa Jungut Batu untuk menyelam, mereka kini dapat melihat Hutan Bakau secara langsung. Kita menyediakan sebanyak 33 perahu untuk melihat-lihat Manggrove. 33 orang ini terbagi dalam beberapa kelompok," ujar Supitre.
Satu perahu mampu mengangkut sebanyak empat orang turis. Dengan biaya sekali berangkat Rp 70 ribu per trip. Dikatakannya, dalam satu hari pasti ada wisatawan melihat Ekowisata Manggrove.
"Dari Rp 70 ribu itu setengahnya masuk ke kas desa. Uang tersebut digunakan untuk bangun pura, dan ritual desa yang ada disini. Ini sudah kesepakatn bersama masyarakat disini. Jumlah penduduk disini sekitar 200 KK," kata Supitre.
Total dalam satu bulan, Desa Jungut Batu, dikunjungi sekitar 1000 wisatawan mancanegara. Paling sedikit sekitar 200 orang turis yang berkunjung.
"Orang dari negara Prancis dan Australia yang banyak berkunjung kesini. Orang Prancis yang terbanyak ini karena memiliki sejarah. Hutan Bakau disini itu pertama kali di promosikan di negara Prancis oleh Louis Container. Sekitar tahun 2000, dan mendapatkan sambutan luar biasa dari orang Prancis. Dan berlangsung hingga kini, makanya masyarakat sudah berkomitmen untuk menjaga dan melindung Hutan Bakau," tuturnya
Komentar